Selimut Kabut Gunung Karang |
Salam Corat Coret.. !!!
Setelah hampir setahun (bahkan lebih) nih blog jarang update, tetiba kepikiran buat nulis lagi. :)) Kali ini lagi pengen buat catatan tentang perjalanan saya dkk waktu ke Gunung Karang belum lama ini.
Kerinduan akan suatu perjalanan mendaki gunung yang benar-benar menikmati arti suatu pendakian.. (apa sih???) Maksudnya gini, kita kan kalo naek gunung itu kan pengennya nyaman, jauh dari hiruk pikuk keramaian. Iya gak??
Lah sekarang.. Gunung2 udah rame, pagi siang sore malam pasti rame. Yang tadinya mau menikmati keheningan, suasana yang saya tulis diatas tadi jadi gak bisa.. Sedih deh eike huhhh ;(
Singkat cerita, pilihan jatuh ke Gunung tertinggi di wilayah Provinsi Banten.
Gunung Karang Berdiri tegak di wilayah kabupaten Pandeglang Mempunyai ketinggian sekitar 1.778 MDPL. Pada saat ini telah menarik perhatian oleh banyak orang untuk melakukan kegiatan pendakian umum maupun untuk pendakian wisata ziarah karena memiliki tempat keramat dan sumur 7 di puncaknya, walau gunung ini terbilang tidak terlalu tinggi namun memiliki tantangan dan tingkat kesulitan yang lumayan berat membuat keringat mengucur deras dengan nafas senen-kemis, dalam menyusuri jalan menuju puncak menjadi tantangan dan cerita tersendiri yang tak dapat dilupakan.
Stasiun Rangkas Bitung |
Perjalanan saya dan rombongan dimulai dari St.Tanah Abang, Sabtu pagi 5 September 2015. Dengan menaiki Kereta Ekonomi AC Rangkas Jaya seharga 15rb, yang berangkat sekitar pukul 8 pagi. Kami pun meluncur menuju St.Rangkas Bitung di Kab.Lebak Banten. Dan tepat pukul 10 pagi kami pun sampai..
Di Stasiun Rangkas Bitung kami dijemput oleh teman2 dari Milanisti Krakatau Serang (Yudi) dan Milanisti Lebak (Dede vian & Desi). Setelah bongkar muat perabotan lenong ke mobil penjemput, kami pun makan siang dan membeli perbekalan lagi yang sekiranya kurang. Pukul 11.00 kami melanjutkan perjalanan menuju salahsatu jalur Pendakian di Desa Kaduengang.
Di ketahui ada dua jalur pendakian menuju puncak Gn Karang yaitu jalur Desa Kaduengang yang sering dipakai oleh para peziarah dengan waktu tempuh kurang lebih 4-5 jam. Dan jalur Desa Pager Watu / Ciekek dengan jarak tempuhyang lebih lama sekitar 7 jam, namun jalur ini jarang dilalui.
Setelah hampir 3 jam perjalanan, kami pun sampai di Desa Kaduengang. Dari Desa ini juga para pendaki dapat melihat indahnya gemerlap kota Serang dan Pelabuhan Merak. Pendakian dimulai dengan jalan desa yang menanjak, pos 1 ditandai dengan adanya menara tower milik TNI dekat rumah salah satu sesepuh yang dapat pendaki minta untuk memimpin berziarah, karena sebelum melanjutkan pendakian disarankan agar berziarah terlebih dahulu ke makam Pangeran TB. Jaya Raksa, makam tersebut berada tepat di sebelah kanan jalur pendakian.
Track batuan Hutan 1 / Kebun cengkeh |
Tepat pukul 13.30 Saya dan rombongan (w/ Rudi, Iwel, Agung, Ucup, Nafi, Dijah, Abel, Farel, Yudi dan Adit) memulai pendakian dengan rencana nge-camp di Puncak Sumur Tujuh. Awal-awal perjalanan track jalur batu yang disusun dan track tanah dengan kanan-kirinya merupakan kebun cengkeh dan buah-buahan masih menjadi kawan setia hingga 1 jam perjalanan. Setelah itu track berubah menjadi sedikit berpasir dan batu-batuan dengan perkebunan sayur milik warga disebelahnya. di jalur kebun sayur ini terdapat 3 warung yang bisa dijadikan tempat istirahat sambil jajan jajan pastinya. Tapi pas saya kesana cuma 1 warung aja yang buka, yaitu warung ke 2. Jadilah saya dan rombongan beristirahat disana sebelum melanjutkan perjalanan.
Track Kebun sayur |
Gunung Karang memiliki hutan hujan tropis, di Jalur Kaduengang ini kawasan hutan terbagi menjadi 2, Hutan 1 dan Hutan 2. Hutan 1 merupakan hutan yang tidak terlalu lebat, letaknya masih disekitar ladang penduduk (Kebun Cengkeh). Sedangkan Hutan 2, merupakan kawasan hutan lindung, dalam hutan ini banyak ditemui tumbuhan anggrek hampir sepanjang jalan, dan juga di hutan ini sering tertutup kabut tebal yang menimbulkan kesan mistis buat saya, keadaan yang lembab dan dipenuhi akar-akar pohon besar menghiasi perjalanan ketika memasuki hutan 2 ini.
Perjalanan pun dilanjutkan kembali Pukul 16.45, setelah 15 menit mendaki dari warung ke 2, jalur pendakian kembali memasuki hutan (Hutan ke 2) dengan track tanah. Memasuki hutan tiba-tiba hujan gerimis selama 30 menit, padahal cuaca sebelumnya cukup panas.. Pukul 18.00 kami sampai di puncak bayangan, dan ternyata rombongan kami tidak sendiri. Ada 1 tenda di puncak bayangan dan sepertinya penghuninya tersebut sedang lelah sangat, karena ketika kami beristirahat sebentar disana dan bercanda ria mereka tidak respon sama sekali.. Akhirnya kami kembali berjalan dengan sedikit bonus track menurun setelah puncak bayangan. Tepat pukul 18.30 seluruh rombongan akhirnya sampai di Puncak Sumur Tujuh, disambut Musholla kecil dan Makam membuat suasana puncak yang gelap menjadi agak-agak gimana gitu.
Tenda pun kami dirikan disebelah situs sumur tujuh yang dipagar, air sumur tujuh bisa digunakan untuk masak & minum tapi waktu kemaren saya disana sumur sedang kering karena musim kemarau, setelah mendirikan tenda, aktivitas dilanjutkan dengan makan malam bersama dan bercanda ria kembali sebagai pengobat lelah serta pengusir suasana mistis malam itu.
Karena lelah, saya ijin lebih dulu istirahat ke teman-teman yang sedang bercanda ria.. ZZzzz..ZZzzz..
Minggu pagi 6 September Pukul 05.00 kami sudah terbangun oleh jejak-jejak sepatu pendaki lain yang baru sampai di Puncak. Niat mereka mungkin untuk menikmati sunrise, tapi apa daya kabut melulu...
Sarapan Pagi |
Sarapan lanjut packing sambil berpoto-poto ria adalah kegiatan minggu pagi pembunuh kekecewaan akan sunrise yang tak didapat pagi itu. Tidak lupa untuk opsih sampah disekitaran Puncak dan pukul 09.00 kami memutuskan untuk turun dari Puncak Gn.Karang. Dan sampai di Desa Kaduengang tepat pukul 12.00 dilanjutkan menuju Stasiun Rangkas Bitung dan kembali ke Jakarta.
ffiiiuuuhhhh.. Sekian dan terima kasih buat semuanya..
Makam di Puncak |
Musholla di Puncak |